EKONOMETRIKA PANGAN

 





_Ilmu hikmah_



Wayan Supadno



Ekonometrika pangan, maksudnya membahas pangan dari sudut keekonomiannya yang memanfaatkan ilmu matematika dan statistika, berbasiskan data empirik. Untuk sebuah prediksi dan antisipasi.


Mengumpulkan data, dianalisa dan disimpulkan. Hingga menerapkan skala prioritas penerapan Hukum Pareto 20/80, artinya mengatasi 20% masalah utama setara mengatasi 80% dari total masalahnya.


Penduduk. Data BPS jumlah penduduk 278,9 juta. Pertumbuhannya 1,13%/tahun, setara 3 juta jiwa/tahun. Artinya tahun 2030 jumlahnya akan 300 juta jiwa. Semua butuh makan bermutu. Harus diantisipasi.


Padahal pangan selama ini ada gejala makin besar impornya. Hingga di atas Rp 330 triliun/tahun. Jika tidak impor maka pangan langka, jadi mahal jadi sebab inflasi naik dan kemiskinan juga naik. Kepanikan masyarakat mengganggu stabilitas nasional.


Beras. Data BPS indeks asupan beras 117 kg/kapita. Indeks produksi beras 2,56 ton/ha.  Artinya tahun 2030, butuh beras 300 juta x 117 kg = 35 juta ton. Setara harus menanam padi 35 juta ton : 2,56 ton = 14 juta hektar. Harus diantisipasi.


Padahal luas sawah kita hanya 7,1 juta ha dan luas tanam padi hanya 10,6 juta ha (BPS). Artinya kurang luas sawah minimal 4 juta hektar lagi. Agar bisa minimal tanam padi 14 juta hektar. Lalu produksi beras 14 juta ha x 2,56 ton/ha = 35 juta ton/tahun.


Daging. Data BPS indeks asupan daging sangat rendah 2,57 kg/kapita. Artinya tahun 2030, butuh daging 300 juta x 2,57 kg = 771.000 ton/tahun. Jika rendemen daging 25% maka setara dengan 3,1 juta ekor/tahun. Harus diantisipasi.


Padahal data BPS sensus Pertanian 2023 dibandingkan tahun 2013, mengalami penurunan populasi sapi (depopulasi) sebanyak 2,4 juta ekor. Hanya tinggal 11,8 juta ekor. Kekurangan indukan sapi 6 juta ekor.


Masih sangat banyak variabel ekonomi pangan selain 3 hal di atas. Setidaknya jika di Hukum Pareto kan, 3 hal di atas bisa jadi pengurai masalah utama. Karena pangan butuh karbohidrat dan protein hewani.


Mutlak pangan harus ada cukup, bermutu, mudah diakses dan terjangkau harganya (ketahanan pangan). Ini guna meminimalkan prevalensi stunting. Agar masa depan manusia Indonesia kompetitif.


Ilmu hikmahnya, data empirik valid BPS tersebut. Sesungguhnya sebuah portofolio penting sekali. Kita tidak boleh lagi jadi bagai pemadam kebakaran mengatasi masalah hanya bersifat simptomatis menghilangkan gejala dengan impor dan bansos saja.


Harus belajar dari berbagai pengalaman selama ini. Plus minusnya. Diprediksi dan diantisipasi secara kalkulasi logis nuansa causatik mengatasi sebab. Saatnya malu impor pangan makin besar, stunting dan IQ serta rata - rata tinggi penduduk hanya peringkat ke - 5 di Asean.



Salam Mandiri 🇮🇩

Wayan Supadno

Pak Tani

HP 081586580630

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JPU KPK DIMINTA SEGERA TETAPKAN STATUS TERSANGKA UTAMA TIPIKOR GEREJA KINGMILE 32 MIMIKA

LP Buka Tutup, Kuasa Hukum Salah Satu Pemegang Saham. PT MSC, Advokat Salim Halim, SH,MH Akan Melaporkan Penyidik ke Propam Mabes Polri

Buntut Putusan. MKMK, TAPDK. Minta. MA Tarik. Anwar Usman